Rabu, 05 Juni 2013

DAYAK SIANG DAN DAYAK MURUNG


DAYAK SIANG

Suku Dayak Siang adalah satu dari puluhan suku dayak yang tersebar di Kalimantan Tengah, yang berada di  kecamatan Laung Tuhup, kecamatan Barito Tuhup Raya, kecamatan Murung dan Tanah Siang atau di daerah Puruk Cahu serta sungai Laung dan sungai Bomban, selain itu juga terdapat di sekitar sungai Babuat. Populasi suku Dayak Siang diperkirakan sebesar 86.000 orang.


Suku Dayak Siang sebenarnya terdiri dari 2 kelompok suku, yaitu Siang yang disebut sebagai Dayak Siang dan Murung yang disebut sebagai Dayak Siang Murung, dimana Dayak Siang Murung kebanyakan mendiami daerah pinggiran sungai Barito dan sungai Bomban dan Dayak Siang tersebar di Tanah Siang, yaitu di sekitar sungai Laung dan sungai Babuat.



laki-laki suku Dayak Siang

Menurut legenda mitologi, sejarah suku Dayak Siang, bahwa suku Dayak Siang adalah salah satu kelompok suku yang diturunkan oleh Ranying Hattala Langit (Tuhan Pencipta) di Puruk Kambang Tanah Siang sekitar wilayah desa Oreng kecamatan Tanah Siang Selatan, kabupaten Murung Raya provinsi Kalimantan Tengah yang diturunkan dengan Palangka Bulau.


Istilah Siang, berasal dari sejarah yang berawal di sungai Mantiat.Di hulu sungai ini ada sebuah pohon yang diberi nama siang, karena kayu telah tua dan lapuk, maka kayu ini tumbang, dan bekas tumbangnya pohon ini kemudian menjadi aliran sungai yang mengalir ke sungai Mantiat Pari di desa Mantiat Pari sekarang. Orang yang hidup di Lowu Korong Pinang menggunakan air sungai yang berasal dari pohon siang ini, akhirnya masyarakat yang hidup di Lowu Korong Pinang ini kemudian disebut sebagai suku Dayak Siang. Suku Dayak Siang ini kemudian berkembang membentuk beberapa perkampungan baru dan tersebar di beberapa tempat hingga sekarang ini. Sedangkan kampong atau lowu, tempat asal usul mereka adalah Lowu Tomolum yang sekarang ini bernama desa Tambelum. Desa Tambelum yang menjadi pemukiman pertama suku Dayak Siang ini telah ada jauh sebelum zaman Belanda dan sebelum adanya Negara Republik Indonesia ini.



tarian suku Dayak Siang

Kepercayaan suku Dayak Siang, sejak zaman dahulu telah memeluk agama Kaharingan sebagai agama asli sebagian besar suku-suku dayak di Kalimantan. Saat ini sebagian besar masyarakat suku Dayak Siang tetap mempertahankan agama Kaharingan, sedangkan sebagian lain telah memeluk agama Kristen dan juga agama Islam. Tetapi walaupun sebagian dari suku Dayak Siang telah memeluk agama Kristen dan Islam, beberapa tradisi Kaharingan masih mereka laksanakan, seperti upacara Tiwah yang terkenal di kalangan masyarakat dayak di Kalimantan Tengah.


Masyarakat suku Dayak Siang sejak zaman dahulu sampai sekarang secara turun temurun hidup sebagai petani, yaitu berladang, berkebun dan berternak.
Proses membuka lahan untuk berladang bagi masyarakat adat suku Dayak Siang dilakukan dengan penuh perhitungan dan perencanaan yang matang, karena banyak hal yang harus dipenuhi syaratnya, agar lingkungan alam setempat tetap seimbang kelestariannya untuk kepentingan hidup masyarakat adat. Masyarakat adat hidup dari alam, sehingga alam dan semua makhluk baik tumbuhan/binatang yang ada dalam lingkungan alam tersebut menjadi jaminan bagi orang Dayak Siang untuk kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang.


penari suku Dayak Murung
Suku Dayak Murung, merupakan satu suku dayak yang berada di kabupaten Murung Raya di hulu Barito provinsi Kalimantan Tengah. Mereka berdiam di sepanjang aliran sungai Barito.

Suku Dayak Murung, sebenarnya mereka juga adalah suku Dayak Siang, tetapi bukan bagian dari sub-suku Dayak Siang, mereka adalah suku Dayak Siang yang telah lama hidup di daerah pinggiran sungai Barito dan sungai Bomban, salah satu kampungnya adalah desa Murung (Lebu Murung), karena itu mereka disebut sebagai suku Dayak Murung atau suku Dayak Siang Murung. Sedangkan suku Dayak Siang, menetap di kecamatan Tanah Siang, walaupun juga berada di wilayah kabupaten Murung Raya, tetapi mereka menetap di tanah asli suku Dayak Siang, yaitu kecamatan Tanah Siang. Dari segi budaya, adat-istiadat dan bahasa tidak ada perbedaan sama sekali antara suku Dayak Murung dengan suku Dayak Siang. Selain itu mereka juga terlibat banyak kekerabatan yang sangat erat. Hanya karena telah terpisah dalam waktu yang sangat lama, dari nama awal mereka sebagai Dayak Siang, maka identitas penamaan suku mereka pun terjadi penambahan di belakang nama suku menjadi Dayak Siang Murung, dan lama kelamaan menjadi Dayak Murung.


DAYAK MURUNG

gadis suku Dayak Murung
Suku Dayak Murung, membuat perkampungan mereka di sepanjang aliran sungai Barito yaitu di sisi kanan Sungai Barito, yang disebut dengan desa Murung (Lebu Murung). Di sebelah sisi kiri sungai Barito hidup suku dayak lain, yaitu suku Dayak Bakumpai, bermukim di desa Bakumpai (Lebu Bakumpai). Dari muara sungai banyak terdapat pohon bamban (tumbuhan hutan) sampai puncak ongkong (batu) bamban. Lalu sungai ini diberi nama Bamban atau yang lebih populer disebut Sungai Bumban (dalam bahasa Murung, bamban disebut bumban). Desa ini dulunya hutan belantara yang ditumbuhi pohon bakung. Dirung artinya teluk, bakung adalah sejenis pohon pisang tetapi rendah dan tidak berbuah. 

Pada masa sering terjadinya perang antar suku dayak, dalam tradisi kayau, masyarakat setempat menanam pohon bakung di teluk sungai untuk membuat benteng pertahanan. Teluk bakung/teluk sungai berada di desa Dirung Bakung. Dalam kehidupan sehari-hari, suatu kebiasaan orang Dayak Murung yang berjalan seperti orang berbaris/berderet memanjang ke belakang, merupakan hal yang aneh bagi kebanyakan orang, tetapi inilah yang terjadi dan nyata adanya. Hal itu dikarenakan warga terbiasa berjalan di hutan melewati jalan setapak yang hanya bisa di lewati satu orang. Anehnya kalau mereka berjalan di jalan yang cukup besar pun, seperti desa mereka sendiri dan bisa dilewati banyak orang, mereka tetap berjalan seperti orang berbaris/berderet memanjang ke belakang. 

Masyarakat suku Dayak Murung secara umum hidup sebagai petani, mengingat sekitar desa mereka banyak kebun karet. Di samping itu ada yang bekerja sebagai petani peladang (berpindah), berkebun, mencari ikan di sungai serta mendulang emas dan intan secara tradisional. Sedangkan yang bekerja di sektor pemerintahan hanya sedikit.

Dalam segi Religi Baik Dayak Siang, Maupun Murung saat ini telah telah banyak yang memeluk Agama Kristen dan Islam tetapi yang tetapa mempertahankan agama Helo yaitu Agama nenek Moyang mereka Kaharingan masih tetap eksis. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh religi suku sekitarnya yaitu Dayak Ngaju, Bakumpai, Dusun dan Maa'anyan yang juga telah menjadi penganut taat agama-agam modern itu. 

1 komentar: