Minggu, 30 Juni 2013

KERAJAAN DAYAK : ANTARA SRIWIJAYA DAN TANJUNG PURI



Ada Pendapat yang mengtakan bahwa Suku Dayak adalah suku tertua di Nusantara. Suku Dayak memang lahir lebih dahulu ketimbang suku-suku yang lainnya. Berdasarkan peta persebaran sejarah nusantara, imigran berbagai bangsa mulai menjejakan kakinya di Kalimantan yang saat itu dikenal dengan sebutan Tanjung Nagara.

Gelombang imigran dari luar dimulai pada akhir zaman es (pleistocene) usai tepatnya sekitar 10.000-6.000 tahun lalu melalui jalur timur laut. Persebaran manusia di Kalimantan pun terus berkembang, ditambah adanya gelombang imigran proto melayu. Keberadaan Suku Dayak yang lebih dahulu menginjakan kakinya di Bumi Nusantara ini, membuat saya berasumsi jika adanya dugaan Suku Dayak merupakan nenek moyang Bangsa Indonesia. Begitu juga dengan perannya sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya.

Berdasarkan Cerita Urang Sepuluh dari Banjar, Kalimantan Selatan, dijelaskan cucu pertama dari Anyan, yakni tokoh Suku Dayak Maanyan yang bernama Lua pergi ke tanah melayu. Saat itu, Melayu atau yang lebih dikenal dengan nama Malaka merupakan pusat perdagangan yang ramai. Orang Suku Dayak memang terkenal memiliki ilmu tinggi. Lua yang mengikuti jejak Sang Kakek, merantau ke Pulau Sumatera yang masih merupakan tanah Melayu.
Penyebutan nama sebagai identitas diri pada zaman dulu merupakan suatu hal yang tidak terlalu penting, sehingga kebanyakan setiap tokoh yang dikenal hanya akan dipanggil sesuai dengan kemampuan atau ilmu yang mereka miliki. Sehingga tidak heran pula, jika untuk setiap tokoh sejarah akan memiliki nama yang berbeda di setiap daerahnya. Itu yang terkadang membuat kebingungan saat akan membedah sejarah masa lampau. Mungkin, bisa saja itu salah satu taktik untuk menyamarkan identitas orang yang sama. Karena jika dipikir oleh akal manusia zaman sekarang, sangat tidak mungkin jika ada manusia yang bisa hidup dengan usia yang berabad-abad lamanya. Tapi saya beropini untuk zaman dulu, hal itu sangat mungkin terjadi.
Seperti halnya Lua yang merupakan cucu pertama dari Anyan, salah seorang tokoh besar Suku Dayak dari Kerajaan Purba Nan Marunai. Di Kalimantan Selatan, Luaberarti Naga. Jadi, bisa saja di Tanah Melayu, nama Lua berganti menjadi Naga.Sama seperti Raja Prameswara, Raja Sriwijaya ke-X yang berganti nama ketika mendirikan Kerajaan Malaka menjadi Iskandar Zulkarnaen atau Raja Gentar ALamkarena ilmu saktinya yang dapat menggentarkan alam.
Kecenderungan adanya dugaan Kerajaan Sriwijaya dilahirkan dari Kerajaan Purba yang dibangun Suku Dayak terlihat dari beberapa kesamaan seperti ornamen bunga teratai, warna kuning dan emas sebagai warna kebesaran, serta lambang naga yang merupakan hewan agung yang dipercaya Suku Dayak.
Jika benar seperti itu, Kerajaan Sriwijaya dapat diprediksi telah lahir sebelum abad ke 7 Masehi. Lahirnya Kerajaan Sriwijaya diduga lebih tua dari Kerajaan Kutai. Hal itu dijelaskan pada Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan M Batenburg pada 29 November 1920 lalu di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Dalam prasasti tersebut dijelaskan Dapunta Hyang melakukan perjalanan suci ke timur dengan membawa 2 laksa tentara.Berdasarkan cerita lainnya, Dapunta Hyang merupakan sebuah gelar yang mutlak disandang oleh semua Raja Sriwijaya. Sehingga patut dipertanyakan Raja Sriwijaya ke berapa yang melakukan perjalanan suci ke timur tersebut?

Pada abad ke-5 M berdiri sebuah kerajaan di Kalimantan Selatan bernama Kerajaan Tanjungpuri. Berdirinya kerajaan ini bermula dari kedatangan para Imigran Melayu dari Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera pada sekitar abad ke- 4 M. Para Imigran Melayu yang mempunyai kebudayaan lebih maju dibanding penduduk lokal pada masa itu mendirikan perkampungan kecil di daerah pesisir Sungai Tabalong.
Para imigran tersebut berbaur bahkan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat yakni Suku Dayak. Hasil dari perpaduan antara suku Melayu dan Dayak itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal Suku Banjar. Semakin lama perkampungan di pesisir Sungai Tabalong itu semakin ramai sehingga akhirnya menjadi sebuah kerajaan kecil bernama kerajaan Tanjungpuri (diperkirakan terletak di kota Tanjung sekarang).
Keturunan Anyan dari anaknya Masari mendirikan kerajaan Candi Laras di Margasari (Kab. Tapin sekarang) pada Tahun 678 M. Bukti keberadaan Kerajaan Candi Laras adalah Tulisan di Prasasti “Kedukan Bukit” yang terdapat di kota Palembang bertahun 605 Saka/ 683 M berhuruf Pallawa. Isi tulisan “Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci dengan perahu dari Minanga Tamwan membawa dua laksa tentara menuju timur”.
Bukti lainnya adalah Prasasti Batung Batulis yang ditemukan di kompleks Candi Laras Margasari bertahun 606 Saka. Isi tulisannya adalah “Jaya Sidda Yatra” yang artinya perjalanan Ziarah. Menurut Arkeologi Nasional prasasti tersebut berasal dari Sriwijaya. Jadi dua buah prasasti tersebut mempunyai keterkaitan karena memiliki kesamaan yaitu berhuruf Pallawa.
Prasasti Kedukan bukit bertahun 605 Saka yang merupakan Tahun keberangkatan dari Sriwijaya dan Prasasti Batung Batulis bertahun 606 Saka yang merupakan Tahun kedatangan di Candi Laras Marga Sari, merupakan hal yang logis sebab perjalanan waktu itu mungkin saja mencapai setahun dari Sriwijaya ke Candi Laras di Pulau Kalimantan. Sehingga menghapus mitos selama ini yang mengatakan bahwa Candi laras didirikan oleh Ampu Jatmika asal Keling pada Tahun 1387 M.
Bukti lainnya lagi adalah ditemukannya Patung Buddha dipangkara, patung tersebut dikenal sebagai azimat keselamatan bagi pelaut Sriwijaya yang beragama Buddha. Jadi sebenarnya yang datang ke Candi Laras di Marga Sari itu adalah rombongan dari kerajaan Sriwijaya pada Tahun 683 M.
Cerita lain menyebutkan, Raja Sriwijaya yang datang ke tanah Kalimantan dikenal juga dengan sebutan Datuk Rimba atau Raja Gentar Alam. Jika menilik nama Sang Tokoh, hal itu menjelaskan Raja Sriwijaya yang melakukan perjalanan suci ke timur tersebut adalah Prameswara yakni, Raja Sriwijaya ke-X. Hal itu menjelaskan, pada abad ke 7 Masehi bukan merupakan masa awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya, melainkan masa awal kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang mulai melakukan perluasan wilayahnya dengan cara asimilasi ke berbagai daerah. Kemudian dari cara ekspansi Kerajaan Sriwijaya itulah yang juga melahirkan Kerajaan besar lainnya seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Minangkabau.

ejarah kerajaan Nan Sarunai terkait erat dengan kehidupan orang-orang suku Dayak Maanyan, salah satu sub suku Dayak tertua di tanah Borneo. Kerajaan Nan Sarunai adalah pemerintahan purba yang muncul dan berkembang di wilayah yang sekarang termasuk dalam daerah administratif propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, tepatnya di antara wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong.
Kerajaan Nan Sarunai merupakan bagian awal dari riwayat panjang Kesultanan Banjar, salah satu pemerintahan kerajaan terbesar yang pernah ada di Kalimantan Selatan.
Pemerintahan yang pertamakali menjadi cikal bakal Kesultanan Banjar adalah Kerajaan Nan Sarunai. Kerajaan purba yang dikelola oleh orang suku Dayak Maanyan ini disebutkan dengan nama yang berbeda-beda. Selain Nan Sarunai, nama-naman lain yang juga diyakini sebagai nama kerajaan ini adalah Kerajaan Kuripan, Kerajaan Tanjungpuri, dan Kerajaan Tabalong disertakan karena kerajaan ini terletak di tepi sungai Tabalong. Sungai Tabalong adalah anak sungai Bahan, sedangkan Sungai Bahan adalah anak sungai Barito yang bermuara ke laut Jawa.
Nama Nan Sarunai sendiri dimaknai dengan arti “Sangat Termasyhur” (Ideham, eds., 2003). Penamaan ini bisa jadi mengacu pada kemasyhuran suku Dayak Maanyan di masa silam, dimana mereka terkenal sebagai kaum pelaut yang tangguh, bahkan mampu berlayar hingga ke Madagaskar di Afrika. Selain itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama Sarunai berasal dari kata “Serunai” yakni alat musik sejenis seruling yang mempunyai tujuh lubang. Alat musik ini sering dimainkan orang-orang suku Dayak Maanyan untuk mengiringi tari-tarian dan nyanyian. Konon, Raja dan rakyat kerajaan Nan Sarunai sangat gemar menari dan menyanyi. Sebenarnya istilah lengkapnya adalah Nan Sarunai, kata “Nan” diduga berasal dari bahasa Melayu yang  kemudian dalam lidah orang Maanyan dilafalkan hanya dengan ucapan Sarunai saja. Dengan demikian, nama “Nan Sarunai” berarti sebuah kerajaan dimana raja dan rakyatnya gemar bermain musik (Sutopo  Ukip, 2008).
Suku Dayak Maanyan, pendiri Kerajaan Nan Sarunai, adalah salah satu sub suku Dayak tertua di Borneo, suku Dayak Maanyan termasuk dalam rumpun Ot Danum yang juga dikenal dengan nama Dayak Ngaju. Pada awalnya, orang-orang suku Dayak Maanyan menetap di tepi sungai Barito bagian timur (sekarang menjadi Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah). Oleh karena itu, orang-orang suku Dayak Maanyan mendapat sebutan Kelompok Barito Timur. Orang-orang suku Dayak Maanyan adalah kaum pelaut yang tangguh. Pada sekitar tahun 600 M, orang-orang suku Dayak Maanyan diduga pernah berlayar ke Madagaskar, sebuah pulau di pesisir timur Afrika. Pencapaian luar biasa yang berhasil dilakukan suku Dayak Maanyan ini seperti yang ditulis oleh Hudson yang menyebutkan bahwa ada kesamaan antara bahasa orang Madagaskar dengan bahasa orang Maanyan (Hudson dalam Indonesia, 4 Oktober 1967:17).
Ketangguhan melaut orang-orang suku Dayak Maanyan lama-kelamaan mulai berkurang karena terjadi proses pendangkalan di lingkungan maritim tempat mereka hidup. Areak pesisir yang selama ini menjadi lingkungan mereka sehari-hari mengalami penyurutan dan perlahan-lahan berubah menjadi daratan sehingga orang-orang Dayak Maanyan kehilangan budaya maritim yang dulu mereka miliki. Pada zaman purba, wilayah Kalimantan bagian tengah masih berwujud teluk besar. Fenomena pendangkalan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi yang dilakukan oleh orang-orang Dayak Maanyan. Daerah tujuan para imigran suku Dayak Maanyan adalah di tempat yang dalam Hikayat Banjar disebut dengan nama Pulau Hujung Tanah. Sedangkan Negarakertagama kaya pujangga Majapahit, Mpu Prapanca, yang ditulis pada tahun 1365 M, menyebut tempat itu sebagai Tanjung Negara (http://banjarcyber.tripod.com). Terdapat dua lokasi di masa sekarang yang diperkirakan merupakan bekas wilayah Pulau Hujung Tanah, yakni Amuntai dan Tanjung, yang keduanya terletak tidak jauh dari pegunungan Meratus yang memang dikisahkan membentang di timur Pulau Hujung Tanah, tempat dimana Kerajaan Nan Sarunai berdiri.
Orang-orang suku Dayak Mongoloid yang merupakan gelombang migrasi orang-orang Dayak pertama ke wilayah Kalimantan Selatan. Peradaban suku Dayak Maanyan dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba di Gua Batu Babi di Kabupaten Tabalong (Tajuddin Noor Ganie, 2009). Penelitian tentang “ekskavasi Situs Gua Babi Tahap V Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan” yang dilakukan oleh Harry Widianto dan Hadini (1999/2000) menyebutkan bahwa banyak sekali peninggalan bersejarah yang ditemukan di  Gua Babi, antara lain berupa artefak batu, tulang, komponen tubuh manusia, dan cangkang moluska (Widianto & Handini, dalam Laporan Penelitian Arkeologi Banjarmasin, 1999/2000).

Sejauh ini belum banyak referensi yang bersifat ilmiah dan secara proporsional menjelaskan tentang riwayat Kerajaan Nan Sarunai mengingat usia kerajaan ini yang sudah sangat tua. Sumber-sumber yang digunakan selama ini adalah cerita tutur yang termaktub dalam Hikayat Banjar. Hikayat Banjar adalah manuskrip tua yang telah lama dikenal di Kalimantan Selatan sejak zaman Kesultanan Banjar. Riwayat Nan Sarunai sangat sedikit disinggung, terutama menjelang keruntuhannya. Kisah tentang Kerajaan Nan Sarunai dalam Hikayat Banjar lebih menyerupai tradisi lisan, yakni nyanyian Suku Dayak Maanyan (wadian) yang kemudian ditransformasikan secara turun temurun. Tradisi lisan orang Dayak Maanyan mengisahkan bahwa mereka sudah memiliki negara suku bernama Nan Sarunai (MZ Arifin Anis, 1994). Nyanyian wadian menceritakan peristiwa tragis tentang runtuhnya Kerajaan Nan Sarunai akibat serangan dari Kerajaan Majapahit pada sekitar abad ke-13 (Ideham, /eds., /2007:16). Menurut Johannes Jacobus Ras (1968).

Salah satu bukti adalah ditemukannya peninggalan arkeologis yang diduga kuat berasal dari zaman di mana Kerajaan Nan Sarunai masih eksis. Jejak arkeologis Nan Sarunai di masa purba itu adalah sebuah candi yang ditemukan di Amuntai. Amuntai adalah salah satu tempat yang sangat mungkin menjadi tempat bermukim orang-orang Suku Dayak Maanyan yang kemudian mendirikan peradaban Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap candi tersebut. Hasil penyelidikan itu cukup mengejutkan karena hasil pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di Amuntai tersebut menghasilkan kisaran angka tahun antara 242 hingga 226 Sebelum Masehi (Kusmartono & Widianto, 1998:19-20). Jika penelitian ini benar adanya, maka usia Kerajaan Nan Sarunai jauh lebih tua dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur (berdiri pada abad ke-5 M) yang selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara.

2 komentar:

  1. mengarang bebas tanpa bukti. siapa yang akan percaya. usah meninggikan sukumu dengan cerita rekaan seperti ini.

    BalasHapus
  2. https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/rasakan-10-mandaat-oatmeal-yang-cocok.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/jsngan-buang-kulit-telur-ini-manfaatnya.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/bubuk-kopi-trik-jitu-atasi-bau-tak-sedap.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/waspada-5-gangguan-tidur-dapat-memicu.html

    Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus