Senin, 03 Juni 2013

DAYAK TIDAK IDENTIK DENGAN SATU AGAMA

Bicara soal agama ya memang susah. Susahnya adalah bahwa kita semua beda agama dan beda kepercayaan, namun yang unik adalah beda agama namun satu kepercayaan, nah apa itu? ya budaya. Jawaannya agama budaya. Kebetulan saya suku Dayak Bakati dan saya sudah beragama Katolik sejak lahir. Budaya Dayak ada dalam sanubari saya dan saya mencintainya karena tidak mungkin saya harus pensiun jadi orang Dayak dan pindah suku, sebab Tuhan
sudah menaruh saya sebagai suku Dayak tentu ada maksudnya. Dalam agama saya yang Katolik itu, saya pun hidup dalam budaya Dayak yang juga mengimani Tuhan penguasa semesta alam.

Yang saya tahu dalam budaya Dayak yang diajarkan adalah budi pekerti, kebaikan antara Penompa, Jubata, Duwata dsb dengan manusia. Manusia harus menghormati alam ciptaannya sehingga selangkah apapun orang Dayak harus minta ijin terlebih dahulu kepada Tuhan melalui alam, misalnya membuat ladang, mereka harus ijin dan memberikan persemebahan serta doa-doa dalam bahasa nyangahatn (lantunan syair doa dalam bahasa halus) meminta Tuhan memberikan berkat Nya. Yang perlu kita ketahui adalah media agama/kepercayaan yang kita gunakan dalam mengenal Tuhan ternyata tidak sama satu dengan lainnya, nah itu yang patut kita hargai. Yakinlah jika dia seorang Dayak yang beragama Islam maka dia memiliki kepercayaan yang sama dengan seorang Dayak yang beragama Kristen yakni sama-sama percaya bahwa ajaran agama kepercayaan dari agama adat budayanya itulah yang mengallir dalam sanubarinya dan itu pulalah yang membuat setiap orang menjadi satu dalam keluarga besar Dayak dimana ketika menyatu dalam Dayak tidak ada istilah Islam, KrIsten, Hindu, Budha dan sebagainya semua mereka menyatu dalam kepercayaan yang sama yakni budaya Dayak yang mengajarkan banyak budi pekerti. Perlu diketahui pula bahwa sebelum Hindu muncul di Indonesia, orang Dayak telah lebih dahulu beragama asli yang kemudian bermutasi menjadi Hindu di Kutai sementara suku-suku lainnya di Indonesia belum beragama Hindu termasuk Jawa yang termasyur itu. Artinya penyebaran Hindu setelah di Kalimantan tentulah salah satunya ke Jawa melalui hubungan Kutai dengan wilayah-wilayah lainnya di nusantara.

Sangat tidak masuk diakal jika Kutai sebuah kerajaan tertua di nusantara dengan masa jayanya yang berabad-abad tidak mempengaruhi wilayah lainnya di nusantara? Pasti Jawa, Sumatera, Sulawesi juga mendapat pengaruh besar dari Kutai kerajaan Hindu Dayak tertua di nusantara.
Saya agak heran, kata “Dayak” dalam menyebutkan kerajaan Kutai hampir tidak terdengar, apa sengaja dihilangkan agar terkesan bahwa Kutai bukan kerajaan Dayak. Tugas kita semua untuk menyebarkan bahwa Kutai pertama adalah Kutai Dayak yang beragama Hindu. Artinya Dayak memiliki pengaruh besar di Indonesia dan menyumbangkan pemikiran serta sejarah yang tak ternilai harganya. Saya bangga menjadi orang Dayak sebab sejarah membuktikan bahwa Kerajaan tertua ada di Kalimantan dengan rajanya yang bernama Kudungga seorang Dayak asli Kalimantan yang telah beragama Hindu. Kejayaan Dayak tersebut kemudian direbut paksa oleh Kertanegara melalui siasat dan kemudian Kutai Dayak jatuh dan berubah nama menjadi Kutai Kertanegara. Walaupun kalah, sejarah telah melukiskan bahwa pemilik pertama kerajaan Kutai adalah orang Dayak asli. Ini yang saya sangat banggakan. Jadi mari kita mengangkat dan mencari tahu tentang diri kita sendiri. Sejarah kita telah banyak dimanipulasi Jakarta dan orang-orang yang tidak ingin mengungkapkan tentang Dayak si pemilik syah Kerajaan Kutai itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dari kita agar anak cucu kita tidak mengetahui lagi sejarah sesungguhnya. Mari Dayak bersatulah, sebab engkau pernah memiliki Raja dan yang pertama di nusantara ini. Engkau telah mengajari Jawa dan Sumatera untuk mendirikan kerajaan-kerajaan baru yang kemudian menjadi kerajaan yang ternama.
Pelajaran itu mereka dapatkan dari “DAYAK”.


Pendapat Yang sama juga di sampaiakan Seorang Dayak Muslim, bernama Sumin, alumnus Universitas Tanjung Pura (Untan) Orangtuanya asli Suku Dayak dan tinggal di Desa Beginci Darat, Kabupaten Ketapang, Kalbar. Mereka menyembah roh nenek moyang yang telah meninggal yang dipercaya tinggal di pohon, batu besar, dan benda lainnya. Sumin masuk Kristen ketika SMP karena dibaptis oleh seorang suster. dalam perjalan hidfup selanjutnya Dia berpindah keimanan menjadi Kristen. Menurut Sumin, ada kebiasaan bahwa jika orang Dayak masuk Islam maka disebut Suku Melayu. Hal itu tidak lain karena hampir semua orang Melayu di Kalbar adalah Muslim. Penyebutan itu agar tidak ada kesan orang Dayak itu identik dengan Islam. Padahal katanya, sejak dulu, sudah banyak orang Suku Dayak yang masuk Islam.
“Penyebutan Suku Melayu bagi Suku Dayak yang masuk Islam itu sudah berlangsung lama, sejak imperialisme Belanda,” ungkap sarjana ekonomi dengan IPK 3.57 yang kini menjadi dosen Statistik di STAIN Pontianak ini.


Hal itu di buktikan adanya komunitas masyarakat Muslim Dayak yang tetap terguh memegang Budaya dan bahasa Dayaknya walaupun telah beragama islam seperti Dayak Mendawai di Kotawaringin Barat , Dayak Katingan, Dayak Kapuas/ Baradia, Seruyan di Kalimantan Tengah. Dayak Bakumpai dan dusun Deah di Kalimantan Selatan. Dayak melanau dan Bidayah di Sarawak serta Tidung di Kalimantan Utara.


 http://dempo-timur.blogspot.com

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Informasi yg bermanfaat dan menambah wawasan khususnya yg tdk byk tahu ttg suku Dayak. Dulunya aku pikir suku Dayak itu suku yg masih terbelakang, hidup di hutan, penyembah batu dan pohon. Ternyata itu keliru. Damai buat Suku Dayak jgn terulang kembali komplik dgn pendatang Madura.

    BalasHapus