Senin, 10 Juni 2013

MENGENAL DAYAK SAMIHIM


Dayak Samihim, adalah salah satu suku Dayak yang bermukim di kecamatan Pamukan Utara, kecamatan Pamukan Barat dan kecamatan Sungai Durian di provinsi Kalimantan Selatan.



Suku Dayak Samihim, walaupun berada di wilayah Kalimantan Selatan, tapi berdasarkan pengelompokan termasuk bagian dari sub-etnis suku Dayak Maanyan yang berada di Kalimantan Tengah. Masyarakat suku Dayak Samihim berbicara dalam bahasa Samihim Atau Bahasa Manayan Dialek Samihim. Bahasa Samihim ini memiliki kekerabatan bahasa dengan bahasa Dayak Maanyan sekitar 80%. Dengan bahasa Dayak Labuhan sekitar 45%, dengan bahasa Bajau sekitar 46%, dengan bahasa Dayak Bakumpai sekitar 51%. Sedangkan dengan bahasa Dayak Bukit sekitar 59%.











Mayoritas suku Dayak Samihim yang mendiami desa Mangka memeluk agama Kristen Protestan dalam Gereja Kalimantan Evangelis. Mereka berada dalam bimbingan Pendeta pertamanya Aaron Bingan. Desa pemukiman lain mereka adalah desa Buluh Kuning, Betung dan beberapa daerah di sekitarnya.



Di Kalimantan Selatan suku Pamihim kadang disebut juga sebagai Orang Pamukan. Di masa lalu antara tahun 1660 - 1700, orang Pamukan pernah memiliki kerajaan sendiri, yaitu Kerajaan Pamukan. Kerajaan ini pernah diserang oleh suatu serangan dari luar, terlihat dari bukti sisa-sisa pemukiman mereka di Tanjung Kersik Itam. Kerajaan Pamukan yang merupakan kerajaan suku Dayak Samihim yang semula berkedudukan di sungai Cengal. Orang-orang Pamukan yang juga merupakan bagian dari Dayak Dusun Maanyan merupakan rakyat Kesultanan Banjar, kemudian meminta kepada Sultan Banjar agar ditempatkan seorang penguasa yang memimpin mereka dan sebagai pengganti Kerajaan Pamukan yang telah hancur tersebut. Kemudian Sultan Banjar mengutus Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah untuk mendirikan kerajaan baru di daerah ini dengan ibukota kerajaan tidak lagi di sungai Cengal tetapi di sungai Bumbu anak sungai Sampanahan, karenanya kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Tanah Bumbu dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Daerah Pamukan kemudian lebih dikenal sebagai daerah Cengal sebagai salah satu divisi Kerajaan Tanah Bumbu. Daerah Cengal ini pernah menjadi daerah pendudukan Kesultanan Paser. Pemerintah kabupaten Kotabaru berencana memekarkan wilayah ini menjadi daerah yang akan dinamakan sebagai kabupaten Pamukan. 



Suku Dayak Samihim memiliki suatu tradisi budaya yang sudah terkenal di Kalimantan Selatan, yaitu suatu tradisi seni musik yang khas, yang dikenal dengan nama "Kukurung". Kukurung adalah seni musik tradisional dalam pesta adat menanam padi suku Dayak di Desa Betung, Kecamatan Pamukan Utara,Kabupaten Kotabaru. Musik dalam pesta adat ini sudah hampir punah dan sangat langka, di Kalimantan Selatan. Musik tersebut hanya ada di Desa Betung dan di wilayah Kecamatan Piani, Tapin, Kabupaten Tapin. Musik ini hanya ditampilkan pada saat menanam padi dan itu tidak berlangsung setiap tahun, mungkin hanya 5 atau 10 tahun lebih tergantung niat warga yang akan mengadakan pesta dan kukurung tidak bisa dibunyikan selain sebelum dan pada saat pesta menanam padi berlangsung.

Musik Kukurung, terbuat dari bambu panjang yang di pada bagian atasnya diberi batang kayu khusus yang bisa menghasilkan bunyi. Kukurung terdiri dari 5 batang bambu, dibawahnya terdapat kayu ulin untuk membuat lubang tanam. Masing-masing batang dalam bahasa Dayak Samihim di Desa Betung mempunyai nama khusus, untuk nada yang paling rendah (bass) bernama buan, diikutipanjangrengkut kutengtangkii dan tangkup.Cara memainkannya, yaitu dengan menumbuk batang bambu ke tanah atau mengguncangnya sehingga terbentuk irama musik Dayak yang benar-benar khas.
Masing-masing mempunyai irama seperti sabuan yang terdiri dari lagu balindungan batungbalindungan bujitbalindungan handak,balindungan kuhaukujah mulukkujah jaukkujah kumpaibuan pinsaijalamu tumbangbuan dingepanggang duyugundung baleng.Tangki terdiri dari dari lagu kujah kutur, petek wulu, bumbulung ngukur, tangki bukit,Tangkup terdiri dari lagu puput putak, kuluwur putuk, dan ragum rara.



Kehidupan masyarakat suku Dayak Samihim saat ini sudah sangat berkembang dan bisa dikatakan masyarakat suku Samihim tidak lagi menjalani hidup seperti di masa nenek moyang mereka, tapi mereka telah menjalani hidup yang lebih baik. Banyak masyarakat suku Samihim yang telah bekerja di perusahaan swasta dan sektor pemerintahan. Tidak sedikit juga yang bergerak di bidang wiraswasta. Kegiatan lain seperti berburu dan menangkap ikan di sungai sekitar pemukiman mereka tetap dilakukan di saat tidak ada kegiatan rutin.

1 komentar:

  1. saya sangat senang ada yang menulis mengenai sub suku dayak ini, namun saya akan lebih senang jika tulisan ini menjelaskan secara detail mengenai dayak samihim bagian mana yang saudara ambil, mengingat didalam suku dayak samihim kita mengenal kembali sub-sub suku dayak samihim didalamnya yang jika ditelaah dan dikaji kembali memiliki sedikit perbedaan bahasa dan fokal (misalnya cengkok dan pelafalan) saya rasa hal ini sangat penting untuk dikaji secara epistemologi. tidak seakan "memarginalisasikan" dan "mengkerdilkan" pemahaman orang mengenai sub suku Dayak Samihim ini. karena kearifan lokal dan budaya sebenarnya sub suku Dayak Samihim sangat kaya.

    BalasHapus