Sabtu, 08 Juni 2013

SEJARAH MIGRASI SUKU DAYAK BAHAU

Dayak Bahau merupakan salah satu komunitas subsuku Dayak yang besar di Kalimantan Timur. Warga Dayak Bahau umumnya berdiam di daerah hulu sungai Mahakam, tepatnya di Kabupaten Kutai Barat. Selain mendiami tepian sungai Mahakam, sebagian orang Dayak Bahau bermukim di kampung Matalibaq atau Uma Telivaq, di tepi sungai Pariq, anak sungai Mahakam.Dari penuturan lisan, orang Dayak Bahau di Uma Telivaq, berasal dari Telivaq Telang Usan, Apo Kayan. Mereka pindah karena kawasan Apo Kayan tidak subur (kini daerah Apo Kayan dihuni Dayak Kenyah, Kabupaten Bulungan di hulu sungai Kayan yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia Timur.

Konon sewaktu rombongan ini menyeberang sungai Mahakam dengan jembatan dari anyaman rotan, rombongan yang belum menyeberang berteriak "payau-payau". Karena jaraknya cukup jauh, rombongan yang sudah tiba di seberang, bukanlah mendengar payau melainkan "kayau", yang berarti ada musuh menyerang. Mendengar teriakan itu, rombongan di seberang memotong jembatan. Setelah itu, barulah mereka sadar bahwa telah terjadi salah pengertian. Yang diteriakkan bukan kayau tapi ayau yang artinya rusa.Akhirnya rombongan yang belum menyeberang kembali ke tempat semula, yaitu Telivaq Telang Usan. Rombongan yang meneruskan perjalanan singgah di Lirung Isau, dekat Muara Pariq dan membuat perkampungan dan dipimpin seorang hipui (raja, Red.) bernama Tana Yong.

Setelah sekitar 5 tahun, tahun tahun 1821 mereka pindah ke Uma Tutung Kalung, tepat di Dermaga Wana Pariq saat ini. Mereka menetap di kawasan ini hingga tahun 1907 di bawah pimpinan Hipui Ding Luhung. Setelah Hipui Ding Luhung wafat, digantikan Hipui Bang Gah, pada tahun 1907 mereka melakukan perpindahan lagi dan membuat luvung (tempat singgah sementara) di Long Paneq hingga tahun 1909.Dari Long Paneq mereka pindah dan terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama membuat perkampungan di Bato Lavau dengan pimpinan Hipui Bang Gah. Tahun 1910, kampung Bato Lavau terkena layo (sampar, Red.), mereka pindah ke Ban Lirung Haloq. Rombongan kedua dipimpin Hipui Bo Ngo Wan Imang masuk sungai Meliti dan membuat luvung di gah (riam kecil) Bekahaling, sekitar tahun 1909. Tahun 1910 pindah dan membuat perkampungan di sungai Tuvaq. Setelah itu, mereka keluar sungai Pariq dan membuat luvung di Gah Belawing. Tahun 1913, kedua hipui sepakat bersatu di Uma Lirung Bunyau dibawah pimpinan Hipui Belawing Ubung.

Maka tahun 1919 mereka melakukan perpindahan dan menetap di Datah Itung, sering juga disebut Lirung Arau atau lebih dikenal dengan sebutan Uma Telivaq atau Matalibaq kini dipimpin Hipui Belawing Ubung
Dulu masyarakat Dayak Bahau mengenal tiga jenis pengelompokan dalam masyarakat. Yakni keturunan bangsawan (hipui), keturunan masyarakat biasa (panyin), keturunan budak (dipan). Namun, saat kini tinggal dua saja, yakni hipui dan pinyin.

Dalam struktur masyarakat Dayak Bahau di Matalibaq, peranan hipui sangat penting dalam mengatur kehidupan masyarakat. Hipui adalah orang yang paling tahu tentang adat istiadat, orang yang baik hati dan tidak pilih kasih sehingga menjadi panutan dalam masyarakat.

Dalam hal perladangan, hipui lah yang berhak menentukan kapan harus memulai kegiatan perladangan, penetapan lokasi ladangan. Kelompok masyarakat biasa (panyin) terkondisi menaruh rasa hormat yang tinggi terhadap hipui. Namun sejak diberlakukannya UU Pemerintahan Desa tahun 1979, peran hipui berkurang. Karena selain kepala adat, juga ada kepala desa/dusun/kampung. Terjadi pergeseran peranan hipui dalam masyarakat. Hipui bukan lagi dipandang sebagai tokoh sentral dalam masyarakat. Namun demikian keberadaan keturunan hipui tetap dihormati dalam masyarakat. 

4 komentar:

  1. Bilangnya dayak tdk punya kerajaan atau raja.tapi setiap saya baca sejara suku Dayak Kayan,Bahau,Kenyah,tunjung semua ada rajanya namun masalah Dayak tdk memiliki kerajaan atau istana yg ada adalah rumah Betang atau lamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sy sendiri trah kerajaan dayak bahau..dulu waktu sy tinggal di kampung sy mendiami rumah besar rumah raja (kraton) di kampung long isun kutai mahulu. Sekarang sy shdah di samarinda.. tentang kerajaan/raja gak bermanfaat lagi bgi sya yg panting pendidikan

      Hapus
  2. maaf bang, saya mau tanya..untuk migrasi Suku Dayak Bahau sampai Samarinda, itu historisnya gmna ya bang?
    terima kasih bang

    BalasHapus
  3. Mau nanya bosku,sepanjang sejarah suku Bahau bermigrasi terus,menerus ada kah tidak pecahannya ke Kalteng,Kalbar

    BalasHapus