Suku Kenyah
Dayak Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau
yang berasal dari daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku
Kenyah memasuki Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan
di Sarawak terpecah dua sebagian menuju daerah Apau Kayan yang
sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah
Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah
Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda
Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas.
Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.
Klan besar Dayak Kenyah, konon, berasal dari keturunan para pedagang Cina dan suku Barunai (Brunai Darussalam). “Kami berasal dari Sungai Baram, wilayah suku Barunai,” ujar Labu Usad, kepala desa Nawang Baru. Karena sering berperang dengan suku Barunai lainnya, akhirnya berpencar menjadi empat wilayah. Satu diantaranya mendiami Dataran Apo Kayan. Dalam perkembangannya, Klan ini terbagi menjadi 30 subsuku, yang memiliki nama tersendiri dan masing-masing memiliki kepala adat. Tak jelas, sejak kapan terjadi perpecahan dalam Klan besar ini. Namun, mengapa sampai terjadi perpecahan, itu hanya dapat diterangkan dengan “kata Sahibul Hikayat”.
Alkisah, Batang Laing-salah seorang kepala suku – menugaskan delapan warganya, empat lelaki dan empat wanita, untuk membuat Yunan (alat peras tebu). Yunan adalah syarat meminta restu kepada Dewa Peselong Loan. “Tum ta mita tan ya leka - Tolonglah kami mencari tanah subur.” Seorang dukun yang memimpin upacara kesurupan, sembari berkata, “A Untana ya suk tana Lurah Tana ya leka ya bileng – Ada tanah yang subur dan luas di lembah lurah yang jauh.”
Petunjuk untuk menemukan “tanah perjanjian” itulah yang memunculkan perbedaan pendapa. Klan besar Dayak Kenyah mengalami pemencaran, sesuai dengan penafsiran masing-masing tentang letak tanah dimaksud, sampai kemudian membentuk kelompok menjadi 20 - 30 subsuku. Meski tempat tinggal antar – subsuku ini berpisah, tetap berada dilembah yang sama. Yaitu, membujur sepanjang Apo Kayan – Dataran Tinggi Kayan. Masing-masing subsuku mempunyai “swing-awing” (keputusan adat tersendiri). Kecuali itu, setiap subsuku memiliki otonomi atas wilayah kerja tersendiri – misalnya atas daerah perburuan, ladang, sebagai hak ulayat masing-masing.
Dayak Kenyah, yang mendiami pulau kalimantan/borneo, khususnya kalimantan timur, terdiri dari 22 Sub suku (yang dapat didata) . Setiap sub suku biasanya disebut lepoq/umaq, yaitu:
1. Lepoq Bakung
2. Uma Jalan,
3. Lebuk Kulit,
4. Lebuk Timai,
5. Lepoq Tukung,
6. Lepoq Bem,
7. Lepoq Ma'ut,
8. Uma Lasan,
9. Uma Lung,
10.Lepoq Tau,
11.Lepoq Kayan,
12.Lepoq Punan,
13.Lepoq Brusuq,
14.Uma Baka,
15.Uma Alim,
16.Lepoq Entang,
17.Lepoq Kei,
18.Lepoq Puaq,
19.Lepoq Tepu,
20.Lepoq Badeng,
21.Lepoq Merap,
22.Lepoq Kudaq.
Yang membedakan diantara sub suku dayak kenyah ini adalah mengenai cara pengucapan akhir kata, (setiap sub suku mempunyai ciri khas dialek/logat yang berbeda beda). Suku dayak kenyah di kalimantan timur tersebar di seluruh kabupaten/kota madya, mereka biasanya hidup berkelompok di desa/kampung. Saat ini suku dayak kenyah mendiami sekitar 80 desa/kampung di kaltim. Mata pencarian sebagian Orang Dayak Kenyah adalah pertanian (sistem berladang), berburu, sebagai karyawan di perusahaan kayu, perkebunan sawit, tambang batu bara, karet, ada juga yg berhasil menjadi PNS dan pejabat di provinsi dan kabupaten/kota.
Tempat tinggal
Rumah rumah tinggal mereka masih khas. Uma Da’du atau Lamin adalah rumah
asli peninggalan Dayak Kenyah yang masih utuh. Rumah adat ini dibuat
dari kayu ulin, beratap sirap. Lamin di hiasi lukisan daun paku simetris
dengan aneka warna. Bentuknya sebagian menyerupai tattoo di tangan kaum
wanitanya . Mereka juga dikenal mahir membuat manik-manik dan pemahat
handal patung Totem.
Hubungan kekerabatan
Hubungan kekerabatan
Hubungan kekerabatan mereka mengikuti garis keturunan patrilinial. Dalam
satu lamin dapat dijumpai hidup beberapa keluarga, mulai dari orang
tua, anak, cucu, sepupu hingga keponakan. Dahulu kala sebuah lamin malah
dapat menampung lebih dari 100 KK, sehingga tidak ada bentuk keluarga
batih mutlak. Batih baru ada kalau sekiranya pasangan suami istri mau
memisahkan diri dari lamin. Namun hal ini jarang dilakukan, karena
pertimbangan ekonomi. Sebab, dengan memilih tinggal didalam lamin,
segala persoalan dan kebutuhan sehari-hari menjadi tanggung jawab
bersama. Hidup komunal demikian, tentu ada resikonya. Kerahasiaan
menjadi kosakata yang nyaris tak mereka kenal. Kerahasiaan personal
menjadi demikian tipis, agaknya hanyalah setebal kelambu.
Namun demikian mereka tetap taat pada adat lamin yang sehari-hari dikendalikan oleh kepala adat. Di dalam lami, kepala adapt menempati kamar bagian tengah. Bagi mereka, kepala adat adalah orang yang dipilih menurut garis keturunan bangsawan, yang dapat melindungi dan berwawasan luas tentang adat setempat. Dalam struktur masyarakat, posisi kepala adat berada dibawah kepala desa. Namun, dalam keseharian, kepala adat tampak lebih dihormati ketimbang kepala desa.
Kepercayaan
Suku dayak Kenyah, yang menjadi penduduk asli Apo Kayan, sebagian besar beragama Kristen dan Katolik. Sebagian kecil, terutama orang tua, masih ada yang animisme. Belakangan, seiring dengan masuknya para pendatang ke daerah ini, pemeluk islam sudah mulai bermunculan.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian mereka bertani. Umumnya, sebagai peramu hasil hutan dan peladang berpindah. Perladangan dilakukan dengan sistem rotasi alam selama 4-7 tahun. Di desa Long Payao, Sei Anai, dan Metun I, sistem rotasinya sampai 10 tahun. Inilah, agaknya, mengapa suku Dayak kerap dituding sebagai perusak lingkungan hutan.
Kesenian Tradisional
Warga Dayak Kenyah tetap mempertahankan budaya leluhurnya, seperti menenun, mengukir, dan membuat aneka kerajinan tangan. Bagi para wisatawan yang ingin membeli souvenir, di Desa Pampang banyak orang yang menjajakan berbagai pernak pernik dari yang kecil hingga yang besar seperti gantungan kunci dan patung kayu.
Dayak kenyah juga sangat terkenal dengan seni tari tradisionalnya seperti : tari datun julut, kanjet pepatei/tari perang, Kancet Punan Lettu, Kancet Nyelama Sakai, Hudog, Manyam, Pamung Tawai, Burung Enggang, dan tari Leleng, dll.
Mereka memiliki alat musik yg sangat unik, yaitu sejenis gitar biasa disebut sambeq, jatung utang (kolintang), kedirek, uding, gong, dsb.
Adapula upacara adat di Kenyah, yaitu adat tahunan “Pelas Tahun” atau disebut juga Alaq Tau. Pelas Tahun ini merupakan kegiatan pengucapan rasa terima kasih kepada Tuhan setelah panen raya yang jatuh setiap Juni, namun tanggalnya berbeda-beda tergantung hari baik.
Transportasi
Transportasi darat di daerah ini belum berkembang baik. Mereka lebih menggunakan jalan setapak sebagai sarana komunikasi darat antara satu rumah atau satu tempat. Alat transportasi populer yang cukup membantu adalah lewat sungai. Mereka menggunakan ketinting (perahu motor) sebagai alat angkut, baik untuk manusia maupun hasil pertanian.
Bahasa Pengantar
Suku Kenyah adalah klan besar suku dayak- diantara klan Dayak di Kalimantan, Serawak, dan Sabah di Malaysia. Sebagai pengantar sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Kenyah, yang mengenal 14 dialek. Belakangan, munculnya generasi muda suku Kenyah yang mendiami Apo Kayan, bahasa indonesia mulai dikenal.
Namun demikian mereka tetap taat pada adat lamin yang sehari-hari dikendalikan oleh kepala adat. Di dalam lami, kepala adapt menempati kamar bagian tengah. Bagi mereka, kepala adat adalah orang yang dipilih menurut garis keturunan bangsawan, yang dapat melindungi dan berwawasan luas tentang adat setempat. Dalam struktur masyarakat, posisi kepala adat berada dibawah kepala desa. Namun, dalam keseharian, kepala adat tampak lebih dihormati ketimbang kepala desa.
Kepercayaan
Suku dayak Kenyah, yang menjadi penduduk asli Apo Kayan, sebagian besar beragama Kristen dan Katolik. Sebagian kecil, terutama orang tua, masih ada yang animisme. Belakangan, seiring dengan masuknya para pendatang ke daerah ini, pemeluk islam sudah mulai bermunculan.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian mereka bertani. Umumnya, sebagai peramu hasil hutan dan peladang berpindah. Perladangan dilakukan dengan sistem rotasi alam selama 4-7 tahun. Di desa Long Payao, Sei Anai, dan Metun I, sistem rotasinya sampai 10 tahun. Inilah, agaknya, mengapa suku Dayak kerap dituding sebagai perusak lingkungan hutan.
Kesenian Tradisional
Warga Dayak Kenyah tetap mempertahankan budaya leluhurnya, seperti menenun, mengukir, dan membuat aneka kerajinan tangan. Bagi para wisatawan yang ingin membeli souvenir, di Desa Pampang banyak orang yang menjajakan berbagai pernak pernik dari yang kecil hingga yang besar seperti gantungan kunci dan patung kayu.
Dayak kenyah juga sangat terkenal dengan seni tari tradisionalnya seperti : tari datun julut, kanjet pepatei/tari perang, Kancet Punan Lettu, Kancet Nyelama Sakai, Hudog, Manyam, Pamung Tawai, Burung Enggang, dan tari Leleng, dll.
Mereka memiliki alat musik yg sangat unik, yaitu sejenis gitar biasa disebut sambeq, jatung utang (kolintang), kedirek, uding, gong, dsb.
Adapula upacara adat di Kenyah, yaitu adat tahunan “Pelas Tahun” atau disebut juga Alaq Tau. Pelas Tahun ini merupakan kegiatan pengucapan rasa terima kasih kepada Tuhan setelah panen raya yang jatuh setiap Juni, namun tanggalnya berbeda-beda tergantung hari baik.
Transportasi
Transportasi darat di daerah ini belum berkembang baik. Mereka lebih menggunakan jalan setapak sebagai sarana komunikasi darat antara satu rumah atau satu tempat. Alat transportasi populer yang cukup membantu adalah lewat sungai. Mereka menggunakan ketinting (perahu motor) sebagai alat angkut, baik untuk manusia maupun hasil pertanian.
Bahasa Pengantar
Suku Kenyah adalah klan besar suku dayak- diantara klan Dayak di Kalimantan, Serawak, dan Sabah di Malaysia. Sebagai pengantar sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Kenyah, yang mengenal 14 dialek. Belakangan, munculnya generasi muda suku Kenyah yang mendiami Apo Kayan, bahasa indonesia mulai dikenal.
Adat Kelahiran Dayak Kenyah
Jika
ada istri dari Suku Dayak Kenyah melahirkan maka bunyi-bunyian gong dan
gendang terus dikumandangkan jangan sampai tangisan anak itu terdengar
oleh binatang-binatang dihutan sebab itu adalah pantangan maka akan
berkembang mitos “Anakmu akan sial sepanjang Zaman”.
2. Upacara Pemberian Nama Dayak Kenyah
Bagi
keluarga yang baru saja mendapat momongan harus mengundang seluruh
penduduk kampung yang berhak memberi nama adalah nenek, ibu, atau
perempuan lain yang berasal dari lingkungan keluarga mereka. Sedangkan
laki-laki dan bahkan ayahnya sendiri sangat dipantangkan memberikan
nama. Bila anak mereka laki-laki Ayam jantan harus dikorbankan Darahnya
diletakan diatas mandau (parang) dan lalu dioleskan ketanah sebelah
kanan bayi dan bersama itu mantra dibacakan “Berilah anak ini air kehidupan”.
2Pe
- Pengobatan Oleh Dayak Kenyah
Dukun dari suku dayak bernama Dayung dia
bisa menyembuhkan sakit seseorang dengan cara telur ayam di letakan
diatas kepala dan yang Dayung pun mengucapkan Mantera yaitu : Ni atau Sio diman, menyat tolong lait nyengau” diterimahkan”
tolong berikan air yang dapat menghidupkan’. Kepada sisakit, ayam
dibunuh lalu darahnya di teteskan ketubuhnya, kepada hantu-hantu, doa
dipanjatkan yaitu semoga penderita disembuhkan. Bila si penderita tidak
dapat tertolong di pukulah gong sebagai pemberitahuan kepada penduduk
yang ada dikampung atau di hutan bahwa sudah terjadi kematian, lelaki
warga kampung bersenjata membacoki dinding Rumah dan tiang-tiang sebagai
tanda memerangi hantu-hantu yang mengakibatkan kematian.
2. K
Mayat
di berikan diatas tikar, keluarga si mati berkumpul bertangis-tangisan
sambil menyanyikan syair-syair pujian atas jasa almarhum yang telah
meninggalkan keluarga. Sementara itu, senjata-senjata perang harus
diletakan disamping jenazah. Sungai terdekat dengan kampung disediakan
pedoman kaki mayat membujur ke hilir. Kepala mengarah ke hulu menurut
arus sungai mengalir. Peti mati, Lungun namanya, jenazah diberi harta
dan senjata perangnya. Empat hari empat malam mayat disemayamkan.
Pemuda-pemuda membuat tekalong atau rumah-rumahan, diatasnya duduk
keluarga yang si mati, dihadapan peti mati bertangis-tangisan, sementara
itu kepala adat memberikan petuah kepada para pemikul rumah-rumahan.
2 Tabu Kematian Dayak Kenyah
Bila
perempuan Dayak kenyah mati melahirkan satu kampung harus membiarkan
kalau ditolong membawa bencana itulah perintah dari dewa-dewa. Penduduk
kampung hanya membuatkan peti mati yang diletakan diatas kuburan
sedangkan mayat hanya diurus suami sendiri atau saudara dari perempuan
yang mati tersebut ke dalam “kiba”
(kiba adalah sejenis keranjang berukuran tinggi. Kiba dibuat dari
anyaman rotan kiba diusung dibelakang dan diberi tali untuk diusungkan
ke kedua ketiak) mayat diletakan pada saat membawa kekuburan jangan
melewati rumah orang karena seluruh kampung akan kena bencana sial atau
kalah dalam perang itulah peraturan yang diberikan oleh roh nenek
moyang.
2.2 Setangis Dayak Kenyah
Dalam
acara upacara setangis di situlah seluruh keluarga menagis pelan-pelan,
peti mati dimasukan kedalam kubur diiringi bunyi-bunyian kelentengan
gong dan gendang. Setangis adalah upacara pemakaman yang diiringi
kesenian JAMOK HARANG, main alu dan sabung Ayam. Dalam upacara setangis
dihidangkan ketan hitam, roti-rotian telur masak dan segala macam
makanan yang lain.
Rapat Adat Dayak Kenyah
Para
peserta rapat harus berbaju kulit binatang dan bercawat kain hitam
sebelum rapat dimulai para peserta rapat memakan bubur tepung beras
yakni sebagai lambang persatuan. Sebagai acara kedua para peserta rapat
beramai-ramai meminum air “tapai” (tape) sambil menyanyikan lagu-lagu
lama, acara ketiga kepala adat dipersilahkan memayungi seekor babi
sebagai lambang Perlindungan Tuhan Bunga Malan yang bisa memaafkan
kesalahan semua orang. Acara keempat kepala adat dipersilahkan
menghidangkan delapan gelas “jakan” (Minuman keras) kepada bangsawan
tertinggi dan bila minuman sudah dihabisi barulah rapat boleh dimulai.
2
Tanda-tanda Alam
Tanda-tanda Alam
Bungan
Malan adalah nama tuhan mereka dia yang menyampaikan perintah dan
permintaan kepada manusia dan sebagai perantaranya adalah BALI UTUNG.
Mereka percaya apabila mereka melihat burung pelatuk dan burung elang
terbang berarti kebaikan akan datang tapi apabila burung tersebut
terbangnya menghalang atau melintang itu bertanda tibanya kecelakaan
karena itu bila mereka menempuh perjalanan dihutan sebaiknya cepat-cepat
pulang karena itulah larangan tuhan mereka yang disampaikan dengan
perantara binatang. Mereka percaya apabila larangan itu tidak diajarkan
Bungan Malan akan murka lalu dikirim hantu-hantu untuk menyiksa manusia.
Mereka percaya hantu masing-masing punya nama. Ada yang bernama Bali
Meet, Bali Tenget, Bali Ketatang, Bali Li-it dan Bali Sakit. Hantu-hantu
adalah piaraan Tuhan Bangun malan yang bisa mencelakakan jiwa
seseorang.
Upacara Agama Suku Dayak Kenyah
Agama nenek moyang mereka dinamakan Bungan Ibadat mereka tidak teratur dan tertentu mereka beribadat hanya pada saat-saat yang perlu dengan sesajen melimpah-ruah, dan memakan waktu yang lama sering mengadakan pesta, berupa pesta:
v Erau
kepala adalah pesta memohon doa agar Bungan Malan dan Bali Utung
memberikan kesuburan kepada tanah ladang yang baru dibuka.
v Ukaw
Mending adalah pesta yang dilakukan ketika kampung ditimpa bencana.
Sebelum Ukaq Mending di mulai seluruh penduduk diberitahu untuk
ber”tabu” selam tiga hari yaitu: jangan memancing, jangan berburu,
jangan menumbuk padi, menjahit, keluar kampung dan jangan pula menerima
tamu selama bertabu itu.
Penguasa pesta terus-menerus membaca mantera agar Bungan Malan melenyapkan malapetaka.
Penguasa pesta terus-menerus membaca mantera agar Bungan Malan melenyapkan malapetaka.
Erau Bunut adalah pesta pemberian nama yang dilaksanakan semeriah-meriahnya.
Filosofi
Tato Bagi Masyarakat Dayak Kenyah
Tato
bagi masyarakat etnis dayak merupakan bagian dari tradisi, religi,
status sosial seorang dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk
penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak
bisa dibuat sembarangan.
Bagi
masyarakat Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya
tato menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Karena setiap
kampung memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan
pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampung. Jangan
bayangkan kampung tersebut hanya berjarak beberapa kilometer. Di
kalimantan, jarak antar kampung bisa ratusan bahkan ribuan kilometer dan
harus ditempuh menggunakan perahu menyusuri sungai lebih dari satu
bulan. Karena itu, penghargaan pada perantau diberikan dalam bentuk
tato.
T
T
Filosofi Telinga Panjang Dayak Kenyah
Telinga
Panjang menjadi ciri khas orang Dayak, pada jaman dahulu hampir semua
orang Dayak baik laki laki maupun perempuan bertelinga panjang. Menurut
Amai Pebulung ( seorang tetua suku Dayak kenyah ), Orang dayak dahulu
banyak hidup di hutan, ingin membedakan antara manusia dengan monyet,
“Jika telinganya pendek berarti dia itu monye” demikian dikatakan oleh
amai Pebulung sambil tertawa terkekeh kekeh. Untuk kaum wanita jika
telinganya semakin panjang dan bandul telinganya semakin banyak maka dia
semakin cantik. Untuk kaum lelakinya biasanya bandul telinganya dibuat
ukir-ukiran.
Nilai – Nilai Budaya Dayak Kenyah
Seni Tari
2.4.1.3. Tari Pecuk Kina
Tarian
ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari
daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat)
yang memakan waktu bertahun-tahun.
Tarian
ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan
secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan
Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak
Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
Tari Hudoq Kita
Tarian
dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari
suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam
maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah
memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari
Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan
iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan
panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya
berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas
Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang
terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan
ornamen Dayak Kenyah.
Mata
pencaharian mereka Umumnya, pertanian (sistem berladang), berburu,
sebagai karyawan di perusahaan kayu, perkebunan sawit, tambang batu
bara, karet, ada juga yg berhasil menjadi PNS dan pejabat di provinsi
dan kabupaten/kota. sebagai peramu hasil hutan dan peladang berpindah.
Perladangan dilakukan dengan sistem rotasi alam selama 4-7 tahun. Di
desa Long Payao, Sei Anai, dan Metun I, sistem rotasinya sampai 10
tahun. Inilah, agaknya, mengapa suku Dayak kerap dituding sebagai
perusak lingkungan hutan.
Senjata Khas
Senjata
khas yang di miliki suku Dayak Kenyah yang tidak di miliki oleh suku
lainnya adalah mandau dan sumpit sama halnya dengen suku – suku Dayak
lain di Kalimantan. Mandau Senjata
khas yang disebut mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa
berbetuk pipih panjang seperti parang berujung runcing menyerupai paruh
burung yang bagian atasnya berlekuk datar. Pada sisi mata di asah tajam
sedang sisi atasnya sedikit tebal dan tumpul. Kebanyakan hulu mandau
terbuat dari tanduk rusa diukir berbentuk kepala burung dengan berbagai
motif seperti kepala naga, paruh burung, pilin dan kait. Sarung mandau
terbuat dari lempengan kayu tipis, bagian atasnya dilapisi tulang
berbentuk gelang, bagian bawah dililit dengan anyaman rotan.
Sumpit, Sumpit
yaitu jenis senjata tiup yang dalamnya diisi dengan damak yang terbuat
dari bambu yang diraut kecil dan tajam yang ujungnya diberi kayu gabus
sebagai keseimbangan dari peluru sumpit. Kekuatan jarak tiup sumpit
biasanya mencapai 30-50 meter. Sumpit terbuat dari kayu keras berbentuk
bulat panjang menyerupai tongkat yang sekaligus merupakan gagang tombak
dengan lubang laras sebesar jari kelilingking yang tembus dari ujung ke
ujung. Pada ujung sumpit di lengkapi dengan mata tombak terbuat dari
besi berbentuk pipih berujung lancip yang menempel diikat dengan lilitan
rotan.
Telabang atau Perisai
Di
samping kedua jenis senjata itu masih terdapat satu peralatan yang
disebut telabang atau perisai. Perisai ini terbuat dari kayu gabus
dengan bentuk segi enam memanjang, keseluruhan bidang depannya beragam
hias topeng (hudoq), lidah api dan pilin berganda.
Tempat tinggal
Rumah
rumah tinggal mereka masih khas. Uma Da’du atau Lamin adalah rumah asli
peninggalan Dayak Kenyah yang masih utuh. Rumah adat ini dibuat dari
kayu ulin, beratap sirap. Lamin di hiasi lukisan daun paku simetris
dengan aneka warna. Bentuknya sebagian menyerupai tattoo di tangan kaum
wanitanya . Mereka juga dikenal mahir membuat manik-manik dan pemahat
handal patung Totem.
Bahasa Pengantar
Suku
Kenyah adalah klan besar suku dayak- diantara klan Dayak di Kalimantan,
Serawak, dan Sabah di Malaysia. Sebagai pengantar sehari-hari, mereka
menggunakan bahasa Kenyah, yang mengenal 14 dialek. Belakangan,
munculnya generasi muda suku Kenyah yang mendiami Apo Kayan, bahasa
indonesia mulai dikenal.
2.
Keberagaman Agama, keberagaman agama terjadi dimana-mana hal ini juga terjadi pada penduduk desa Pampang yang mayoritasnya adalah suku Dayak Kenyah, mereka memiliki beberapa kepercayaan, diantaranya : Kaharingan (kepercayaan dahulu, yang percaya adanya dewa), Kristen Protestan, Khatolik dan Islam. Meski berbeda agama, mereka tetap saling menghormati.
2
- Seni Musik
”Sape’
benutah tulaang to’ awah”. Petikan ungkapan itu termuat dalam ”Tekuak
Lawe’”, sastra lisan yang turun-temurun ada di kalangan masyarakat Dayak
Kayaan-Kenyah. Secara harfiah, ungkapan itu berarti alat musik sape’
mampu meremukkan tulang belulang hantu yang bergentayangan.
Sape’
adalah alat musik petik dari Dayak Kayaan-Kenyah. Bentuknya seperti
gitar. Perbedaannya terdapat pada posisi grip dan tak adanya lubang
untuk menggaungkan bunyi petikan senar. Sumber bunyi sape’ hanya berasal
dari petikan senar. Alat
musik ini biasa dimainkan dalam acara-acara adat. Dulu, alat musik
sape’ juga sering dimainkan kaum muda ketika mereka berkumpul pada malam
hari. Di perkampungan masyarakat Dayak Kayaan- Kenyah pada masa lalu,
sape’ juga sering dipakai kaum muda untuk mendekati perempuan yang
ditaksirnya. Biasanya
sape’ dimainkan di rumah panjang atau rumah betang, yaitu rumah komunal
masyarakat Dayak. Rumah betang itu disekat-sekat untuk ruang pribadi
masing-masing keluarga. Di rumah betang juga tersedia ruang besar untuk
acara adat atau berkumpul keluarga besar yang tinggal di rumah betang
tersebut. Di ruang besar itulah, pada masa lalu, para pemuda Dayak unjuk
kebolehan bermain sape’.
”Dari
cerita-cerita orang tua, dulu, pemain sape’ yang mahir biasanya
mendekati wanita yang disukainya dengan menggunakan sape’. Sangat
romantis. Di Dayak Kenyah, grip-grip akan menghasilkan 14 nada tunggal, sedangkan di Kayaan grip sape’ biasanya menghasilkan delapan nada.
Norma – Norma Dayak Kenyah
Hubungan kekerabatan
Hubungan
kekerabatan mereka mengikuti garis keturunan patrilinial. Dalam satu
lamin dapat dijumpai hidup beberapa keluarga, mulai dari orang tua,
anak, cucu, sepupu hingga keponakan. Dahulu kala sebuah lamin malah
dapat menampung lebih dari 100 KK, sehingga tidak ada bentuk keluarga
batih mutlak. Batih baru ada kalau sekiranya pasangan suami istri mau
memisahkan diri dari lamin. Namun hal ini jarang dilakukan, karena
pertimbangan ekonomi. Sebab, dengan memilih tinggal didalam lamin,
segala persoalan dan kebutuhan sehari-hari menjadi tanggung jawab
bersama. Hidup komunal demikian, tentu ada resikonya. Kerahasiaan
menjadi kosakata yang nyaris tak mereka kenal. Kerahasiaan personal
menjadi demikian tipis, agaknya hanyalah setebal kelambu.
Namun
demikian mereka tetap taat pada adat lamin yang sehari-hari
dikendalikan oleh kepala adat. Di dalam lami, kepala adapt menempati
kamar bagian tengah. Bagi mereka, kepala adat adalah orang yang dipilih
menurut garis keturunan bangsawan, yang dapat melindungi dan berwawasan
luas tentang adat setempat. Dalam struktur masyarakat, posisi kepala
adat berada dibawah kepala desa. Namun, dalam keseharian, kepala adat
tampak lebih dihormati ketimbang kepala desa.
Kenyah tidak sama rumpunnya dengan Kayan.
BalasHapusInformasi anda ini menyesatkan orang.
Bukan sama Amaei tapi serumpun,
HapusSatu hal lagi, yang benar itu APAU KAYAN bukan apo kayan.
BalasHapusAPAU artinya dataran tinggi
Mohon koreksi.
Apo atau Apau sama amei, tergantung masing-masing sub Kenyah menyebutnya bagaimana, dan it dibenerkan secara dialeg suku.
HapusSaya setuju dengan saudara Lorensius, soalnya saya pernah mengobrol langsung dengan ketua adat di desa pampang. untuk Kata Apo dan Apau tidak ada perbedaan makna meskipun secara kasat mata terlihat 2 kata yang berbeda.
HapusIya benar tu, kayan, modang dan bahau itu tdk sama dgn kenyah
BalasHapusambilineal juga..., untuk apo kayan itu mungkin ada di bukunya melalatoa 1995 ensiklopedi suku bangsa di Indonesia
BalasHapusSetuju
HapusHahahahaahah setau saya punan dan kayan tidak masuk dalam clan kenyah,..
BalasHapusHahahahaahah setau saya punan dan kayan tidak masuk dalam clan kenyah,..
BalasHapustolong cantumkan referensi anda, terimakasih. :)
BalasHapusApakah dukun dayak masih ada dan bisa diminta bantuannya
BalasHapusApakah dukun dayak masih ada dan bisa diminta bantuannya
BalasHapusIntinya kita sama-sama orang Indonesia yang harus menjaga kesatuan 🙏.
BalasHapus